foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

Wednesday, November 12, 2008

DI MALAYSIA ..PENGEBOM MASIH BEBAS TAPI DI INDONESIA..?

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.Singkatan;
IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)



1/2/3 ....13 NOV



Sejak malam Jumaat sebahagian rakyat Indonesia tertunggu-tunggu hukuman tembak kepada 3 sahabat perancang BOM Bali sehingga malam Ahad 9 Nov barulah perlaksanaannya dilakukan. Saya tidak mahu memberi komentar khusus dalam hal ini dan apa yang saya harapkan ialah kita semua dapat mengambil hikmahnya. Sebagai saudara Muslim, saya dapat merasakan kehilangan mereka apatah lagi dengan orang-orang yang amat dekat dengan mereka. Tapi inilah pilihan hidup mereka..Semoga hikmah dari peristiwa ini memberi pengajaran yang besar buat mereka yang terdekat..Namun ianya tetap sebagai sejarah yang sewajarnya diabadikan sekurang-kurang di blog ini. Beberapa artikel terkait saya abadikan di blog ini. saya berharap kepada teman yang bukan Islam dapat bertenang dan berdialoglah dengan mereka yang faham tentang hal ini agar tidak menimbulkan kekeliruan. Asas kepada ajaran Islam adalah ialah salam atau selamat maka berdialoglah terlebih dahulu sebelum menghukum sesiapapun..,

Imam Samudera: Sampai Maut Menjemput Aku tak Menyesali

DOK. LULU JAMALUDIN
Terpidana mati Imam Samudra berfoto bersama anak dan keponakannya, Urwah (samping Imam) rekannya, anaknya Iyasy Jaisy Muhammad (dipangku) dan keponakannya Naqib Al-Ghazy.
/
Sabtu, 26 Juli 2008 16:42 WIB
"TIDAK untuk bersedih. Bergembiralah, karena aku dan kawan-kawan telah melakukan transaksi sesuai dengan firman Allah. Itulah sebuah kemenangan besar. Sampai maut menjemput, aku tidak pernah menyesali. Aku tidak ingin memohon grasi kepada hukum kafir. Kugenggam, kugigit kuat- kuat Islam." sepenggal pernyataan Imam Samudera, kata Lulu Jamaludin, adik kandungnya. Dalam pertemuannya, Lulu juga sempat bertanya sekaligus berdiskusi tentan alasan kakak kandungnya ini memilih Bali sebagai tempat berjihad. Imam Samudera, kata Lulu, menyatakan pertanyaan itu bukanlah persoalan enteng untuk bisa dijawab."Yang jadi sasaran utama adalah bangsa penjajah seperti Amerika serta para sekutunya yang berkumpul di Bali. Jadi, bukannya tempat sasaran. Adanya pembantaian massal terhadap umat Islam di Afghanistan pada bulan Ramadhan tahun 2001. Bangsa-bangsa penjajah membantai bayi-bayi tak berdosa," kata Imam Samudera. Imam Samudera meyakini, perjalanan hidup di dunia adalah untuk menuju perjalanan berikutnya, Surga. "Siapa yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Itulah kemenangan yang benar," tegas Imam Samudera. Dalam kesempatan bertemu dengan kakaknya itu, soal berita acara perkara (BAP) juga menjadi bahwa pembicaraan. Dalam tuntutannya, kata Lulu, Imam Samudera dianggapmemenuhi tuntutan pasal 15 Perpu, tindakannya memenuhi unsur kejahatan luar biasa. "Aku sama sekali tidak gamang atau menjadi takut. Malah, aku berkata pada penyidik, mengganti kata-kata, sangat luar biasa. Kematian hanyalah sepenggal episode. Kemudian,hidup kekal abadi. Para mukmin merasakan penderitaan serta kesakitan dan lara," urainya. "Begitu juga yang lain (kaum kafir). Tapi, ada bedanya. Kaum mukmin mendapat rahmat Allah, mereka tidak. Semoga Allah meneguhkanku di atas jalan Islam ini, sampai malaikat menjemput. Saksikanlah, kami adalah orang-orang muslim," urai Imam Samudera.Rachmat Hidayat Sumber : Persda Network



Amrozi Dkk Lahir Batin Siap Dieksekusi

KOMPAS/Eddy Hasbi

Senin, 21 Juli 2008 19:45 WIB
SEBELUM pengajuan grasi yang dilakukan oleh kuasa hukum terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Abdul Azis alias Imam Samudera serta Mukhlas, sebetulnya, ketiganya sudah siap lahir batin untuk menjalani eksekusi sebagai konsekuensi hukum yang dibuat manusia. Termasuk, eksekusi mati yang sedianya akan dilaksanakan sebelum bulan Ramadhan nanti.
Ketiganya menganggap, senapan para eksekutor yang diarahkan kepadanya untuk dieksekusi, bukanlah hukuman dari Allah SWT, akan tetapi sebuah penghukuman manusia. Adalah ustadz Hasyim yang mengungkapkan hal ini saat berbincang-bincang secara khusus dengan Persda Network, Senin (21/7).
Ustadz Hasyim adalah salah satu tokoh Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) yang rajin mengunjungi Amrozi cs di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan. Ketiga terpidana mati ini, sangat dekat dengannya. Bahkan setiap kunjungan tim kuasa hukum dari Tim Pembela Muslim (TPM), maupun sekadar mengantar para keluarga Amrozi, Imam Samudera maupun Mukhlas, ustadz Hasyim kerap menemani. Saat Amir Majelis Mujahiddin Indonesia ditahan, dialah yang selalu menemani ustadz Abu Bakar Baasyir, melayani semua kebutuhan ustadz Abu selama di dalam penjara.
Terakhir kali ustadz Hasyim mengaku, bertemu dengan ketiganya pada 10 Juli lalu (Kamis-Red). Dalam pertemuan itu, diakuinya, sama sekali tidak ada kecemasan. Ketiganya (Amrozi, Imam Samudera serta Mukhlas) sebenarnya sudah sadar atas konsekuensi hukum dunia atas keputusan yang diambil. Meminjam istilah ketiga terpidana mati, keputusan yang dimaksud adalah untuk berjihad.
"Amrozi cs siap lahir batin dieksekusi. Tidak ada masalah sama sekali. Bagi mereka, pilihan hidupnya ini adalah bagian dari jihad," kata ustadz Hasyim.
Dirinya tidak menampik, bila ada proeses grasi yang diajukan meski sebetulnya tidaklah menjadi acuan bagi Amrozi cs. Ustadz Hasyim menjelaskan, pengajuan grasi itu adalah bagian atau cara agar proses hukum yang akan diterima nanti, tidak ada aturan yang dilanggar secara hukum.
"Sebetulnya, apapun putusan grasi itu sama sekali tidak menggoyahkan ke imanan mereka. Mereka siap mati sahid di jalan Allah SWT. Sesuai dengan apa yang diyakininya dan menjadi perjalanan hidupnya di dunia selama ini," ustadz Hasyim menjelaskan.
Bebeberapa waktu lalu, sesudah mengantarkan keluarganya menyambangi Imam Samudera di LP Nusakambangan, adik kandung terpidana mati bom Bali I yang bernama asli Abdul Azis, Lulu Jamaluddin menguraikan, hukuman apapun, termasuk hukuman mati kepada kakaknya, adalah bagian dari jihad yang sudah dijalankan. Imam Samudera alias Abdul Azis, terpidana mati kasus peledakan bom Bali I tanggal 22 Oktober 2002 bersama keluarga, kata Lulu lagi dalam sepenggal ceritanya usai bertemua kakaknya mengungkapkan, sebenarnya tidak mau mengajukan grasi kepada Presiden. Kejaksaan Agung sebagai eksekutor putusan hukuman mati berkali-kali menawarkan grasi, sebagai hak yang melekat pada terpidana. Abdul Azis, lahir di Lopang Gede, Kota Serang, Provinsi Banten pada 14 Januari 1970.
"Tawaran itu (grasi) ditolak. Bukan hanya oleh Imam Samudera. Akan tetapi, oleh seluruh keluarganya seperti istrinya Zakiyah Darajad dan ibunya, Embay Badriyah," kata Lulu Jamaluddin ketika itu.
"Aku minta kepada semua untuk memahaminya. Ini adalah jihadku. Pengajuan grasi berarti mohon ampun kepada manusia. Presiden hanya manusia. Dalam konteks jihad, permohonan ampun itu hanya kepada Allah SWT, tidak ke manusia. Kepada Allah dan seluruh manusia wajib memohon ampunan. Dialah pemilik jannah (surga) dan hanya dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang," kata Lulu Jamaluddin menirukan perkataan kakak kandungnya.
"Dan tidak ada tempat untuk bersedih, bergembiralah. Aku (Imam Samudera) dan kawan-kawan telah melakukan transaksi sesuai dengan firman Allah. Transaksi atau jual beli. Kalau tidak membunuh, ya dibunuh. Baik dibunuh seketika atau melalui proses seperti yang aku jalankan bersama kawan-kawan. Dan itulah kemenangan yang besar," seru Imam Samudera seperti dituturkan Lulu Jamaluddin. (Persda Network/Rachmat Hidayat)



APA PANDANGAN DARI TOKOH DARI iNDONESIA....



Habib Riziq Shihab: Amrozi c.s. Min Ahlil Khair
Rabu, 12 Nov 2008 11:35 WIB



Polemik tentang meninggalnya Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas menyedot perhatian umat Islam. Walau ketiganya meninggal setelah dieksekusi regu tembak, penilaian berbeda muncul dari beberapa tokoh Islam.


Majelis Ulama Indonesia, misalnya. MUI menilai bahwa kematian Amrozi c.s. bukan tergolong mati syahid. Sementara Pimpinan Ansharut Tauhid yang juga mantan Ketua Umum MMI, Abu Bakar Ba'asir menilai lain. Menurutnya, Amrozi c.s. mati syahid. Karena mereka meninggal dalam rangka melawan musuh Islam.
Perbedaan pandangan itu mungkin wajar jika dilihat dari sudut pandang perjuangan yang dilakukan Amrozi c.s.
Menurut Habib Riziq Shihab, baik MUI maupun Abu Bakar Ba'asir sama-sama benar. "Dari kacamata lokal, MUI benar bahwa Amrozi c.s. tidak mati syahid. Karena Indonesia bukan medan perang. Tapi, dari kacamata global, Ustadz Abu Bakar Ba'asir lebih benar bahwa Amrozi c.s. mati syahid. Karena, seluruh dunia Islam sedang diserang Thagut AS dan sekutunya," jelas Habi Riziq.
Namun menurutnya, kacamata MUI kecil. Sedangkan, kacamata Ustadz Ba'asir besar. "Yang pasti, Amrozi c.s. mati dalam keadaan baik. Enam tahun dipenjara hanya shalat, puasa, baca Alquran, dan lain-lain. Saat dieksekusi pun, Amrozi c.s. menatap itu dengan mata terbuka dan pekikan takbir," tambahnya.
Dalam kasus Bom Bali 2002, sebagian besar tokoh Islam memang sepakat bahwa itu sebuah kesalahan. Tapi, menurut Habib Riziq, hal itu tidak bisa dijadikan penilaian terhadap kematian Amrozi c.s.
"Andaikata Bom Bali 2002 dianggap salah, itu adalah masa lalu. Karena itu, jangan menilai dengan masa lalu. Nilailah saat ini," jelas Ketua Front Pembela Islam ini.
Ia menjelaskan, di masa Rasulullah pernah ada kasus perempuan penzina yang dirajam. Ketika itu, seorang sahabat mencercanya. Rasulullah saw. pun meluruskan dan mengabarkan bahwa kebaikan perempuan tersebut, dengan taubatnya, mampu mengampuni dosa penduduk satu kota Madinah.
"Jadi, nilai saat ini. Jangan nilai masa lalu. Saksikanlah bahwa Amrozi c.s. adalah orang baik. Isyhaduu annahum min ahlil khoir! Takbiiir. Sholluu 'alan Nabi!" ucap Habib bersemangat. (mnh)



Mereka Telah Pergi Selamanya
Senin, 10 Nov 2008 09:39 WIB

Ketiga terpidana mati, kasus ‘Bom’ Bali telah dieksekusi , yaitu Amrozi, Mukhlas, dan Abdul Aziz atau Imam Samudra, di Lembah Nirbaya, Nusakambangan, Cilacap, pukul 00.15 Wib, hari Ahad, 9 Nopember 2008, oleh regu tembak dari satuan Brimob, Polda Jawa Tengah. Mereka telah pergi selama-lamanya, dan menghadap Rabbnya.
Peristiwa ini merupakan rentetan panjang, sejak peristiwa 11 September 2001, yang kemudian Amerika, menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menyatakan perang melawan terorisme. Di bulan Oktober 2002, saat pemerintah menaikkan harga BBM itu, sebuah peristiwa ledakan yang amat dahsyat terjadi di Bali, yang mengakibatkan ratusan orang yang tewas,dan ratussan lainnya luka. Perisitwa itu sampai sekarang masih menimbulkan teka-teki.
Tapi, tak lama aparat keamanan, kepolisian, berhasil melakukan penangkapan sejumlah orang yang diduga menjadi pelaku, dan kemudian mereka dinyatakan menjadi tersangka, serta dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Diantaranya, adalah Amrozi, Mukhlas, dan Abdul Aziz alias Imam Samudra.
Sebelumnya, pemerintah mendapatkan tekanan dari Amerika, agar Indonesia ikut berpartisipasi, menghadapi perang global melawan terorisme. Di saat itu pula pemerintah mengeluarkan Perpu, yang kemudian berubah menjadi Undang-Undang Pemberantasan Terorisme. Undang-undang ini mempunyai pengaruh yang amat luas, khususnya berkaitan dengan upaya-upaya yang besifat preventif dalam melakukan pemberatasan terorisme di Indonesia. Langkah ini merupakan wujud konkrit Indonesia yang merupakan negara yang mayoritas penduduknya bergama Islam terbesar di dunia, berkaitan dengan pemberantasan terorisme.
Meskipun, berulang kali, Wakil Presiden, Hamzah Has, selalu menyatakan di Indonesia tidak ada, dengan apa yang disebut : teroris. Maka, sampailah peristiwa-peristiwa yang beruntun, tindak kekerasan, dan puncaknya adalah ‘Bom’ Bali, Oktober 2002, yang menggemparkan seluruh dunia, bahkan akibat perisitwa itu, mengalihkan peristiwa yang lebih berkaitan langsung dengan kehidupan rakyat, yaitu kenaikan BBM.
Kini, perisitwa itu, seakan mencuat kembali, di mana Amrozi, Mukhlas, dan Abdul Aziz alias Imam Samudra, yang sudah dieksekusi itu mendapat perhatian masyarakat yang amat luas. Bahkan, perisitiwa pemakaman ketiga terpidana mati kasus ‘Bom’ Bali itu, mendapat liputan yang amat luas dari seluruh media massa. Beberapa tokoh memberikan komentar, yang nadanya prihatin, karena peringatan hari Pahlawan, kurang mendapatkan perhatian dari media massa, dibandingkan dengan liputan terhadap Amrozi, Mukhlas, dan Abdul Aziz alias Imam Samudra.
Perhatian ini tak lain, karena dikalangan masyarakat melihat, peristiwa ini merupakan peristiwa yang penuh ‘mesteri’.
Di Lamongan jenazah Amrozi dan Mukhlas, tiba di Desa Tenggulun, Sulokoro, Lamongan, pukul 9.30 Wib, yang jenazahnya diantarkan oleh satuan Brimob, ke rumah orang tuanya Tariyem. Namun, sayangnya di dekat rumah ibunya, itu sempat terjadi bentrok antara ratusan orang yang berjubah dengan aparat Brimob sebelum ambulans memasuki rumah duka. Kemudian jenazah Amrozi dan Mukhlas, sesudah kakak dan ibunya (Chozin dan Tariyem) melihat putranya, selanjutnya dikuburkan kepemakaman, yang mendapat perhatian ratusan warga masyarakat dari berbagai daerah.
Sementara itu, Abdul Aziz alias Imam Samudra, jenazahnya dimakamkan di dekat ayahnya, Sihabuddin, di komplek pemakaman, Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Kota Serang. Sejak pagi masyarakat menyemut ingin menghadiri pemakaman Imam Samudra. Kakeknya Abdul Aziz alias Imam Samudra dahulu adalah seorang pejuang , yang tewas di bunuh Belanda. Jenazah Abdul Aziz alias Imam Samudra, sebelum di bawa ke rumah ibunya, Embay Badriah, terlebih dahulu diantarkan ke rumah istrinya, Zakiah Drajat. Kemudian, jenazahnya Abdul Aziz alias Imam Samudra, dimakamkan yang disertai do’a oleh ratusan orang dari berbagai daerah, yang datang sejak pagi hari. Imam Samudra telah pergi selama-lamanya.
Sementara itu, seorang pengamat Indonesianis, dari Universitas Nasional Australia, George Quinn, menilai, eksekusi Amrozi, Mukhlas, dan Abdul Aziz alias Imam Samudra, akan menjadikan ketiganya sebagai martir, tegasnya.

HR9808.. Sekali lagi saya tegaskan di sini bahawa pemaparan berita yang disedut dari beberapa media Indonesia sebagai renungan kita bersama dan marilah kita mengambil hikmah darinya!! Yang pasti di Malaysia, siperancang bom masih bebas ke sana sini dan terus berlagak hebat sekalipun bau hapak dari najis perbuatannya telah lama terhidu... Kita menyeru kepada perancang bom..kembalilah ke pangkal jalan dan bertaubatlah!! lebih bagus ialah mengaku aje..seperti 3 sahabat di Indonesia ini. Mereka lebih mulia dari hang yang masih menyamar...
Akibat perbuatan seorang perancang bom nama Malaysia yang harum menjadi hancing kerana beberapa elit politik terlibat dalam perancangan ini. Oleh kerana masih berkuasa maka mcam biasa skrip boleh dirubah...Inilah Malaysia boleh..Ghuyub negara tak pa asal aku dapat perintah Malaysia..Inilah level petriotik pemimpin Malaysia..